Hidup
tidak pernah linier, bahkan cenderung sangat fluktuatif berkelanjutan.
Seringkali saya berhasil memotifasi diri sendiri dengan mengatakan:
“…saya bahagia, dan karena saya bahagia orang lain juga jadi bahagia.”
Siang
tadi barusan, saya kedatangan seorang sahabat saat SMP dulu dan
bertanya tentang jadwal reuni. Sementara saya pribadi masih sangat
kelelahan, karena baru saja tiba dari luar kota untuk suatu pekerjaan.
Saya tanyakan dengan hati-hati, apa yang membuatnya sangat ingin
ber-reuni, adakah sesuatu yang istimewa semisal ingin bertemu mantan
pacar, canda saya sepenuh hati. Ternyata, teman SMP ku tadi baru saja
menjanda karena ditinggal oleh suami dan dia sedang harap-harap cemas
dengan pekerjaan baru yang sebelum lebaran baru dikirmkan lamarannya.
Memang wajah sahabat SMP ku itu terlihat lumayan stressful,
dan kulit wajahnya tidak semulus saat kami remaja dulu. Saya pun seusia
dengan dirinya. Namun mungkin juga karena rajin merawat serta sangat
kuat minum ramuan Madura, saya dengan ge’er di dalam hati merasa tampil
lebih muda dari dirinya.
Sahabatku
itu ternyata sedang menanti pekerjaan, dan kabar yang tak kunjung tiba
itu rupanya mengahadirkan kecemasan tinggi dalam dirinya. Dan dia merasa
bahwa saat-saat menganggurnya itu sering menyelemuti dirinya denag
emosi yang tidak stabil. Menyandang status sebagai pengangguran dan
sering mendapat hinaan kecil ari sanak keluarga terutama salah seorang
dari anakknya, membuat dirinya semakin diliputi rasa tidak percaya diri.
Saya menduga hal tersebut memperburuk kondisi kejiwaan sahabatku
sehingga membuat dirinya tampak lebih tua dari diriku.
Sehingga
dengan sangat hati-hati saya mencoba memberikan saran pada dirinya,
semampu saya dengan ilmu psikologi dasar yang pernah saya baca sebagai
berikut:
(1) Berdoa dan Berekelanjutan Minta pada Allah;
(2) Manfaatkan Hobi;
(3) Terus Buka Komunikasi untuk Beragam Peluang;
(4) Back to School; dan
(5) Kreatif Ciptakan Panggung Aktualisasi Diri.
Keterangan lebih rincinya adalah intinya jangan pernah lupa untuk terus-menerus minta keajaiban dari Allah Azza wa Jalla,
agar selalu secepatnya dibukakan pintu rizki dari jalan yang
diridhoi-Nya saja. Kemudian cob alirik kembali beberapa hobi lamanya,
yang saat dilakukan membuat suasana hatinya bahagia. Saya beri contoh
bahwa saya sangat bahagia saat sedang melukis, lalu suami serta kedua
anak putrid kami sangat bahgia saat sedang menyanyi dan mencipta lagu.
Selanjutnya, terus berkelanjutan membuka komunikasi untuk beragam
peluang. Cek kembali koleksi lama buku alamat dan album kartu nama
relasi dan kerabat. Jika memiliki sisa tabungan kembali kuliah, lebih
tepatnya karena saya tahu sahabatku itu sangat cerdas adalah Back to School atau
kembali lagi ke bangku kuliah. Ambil S2 lalu S3. Ambil jurusan yang
cocok dengan kemampuan serta karakter sosio-enterpreneur kita sehingga mampu kreatif ciptakan panggung aktualisasi diri.
Saat
kami berpisah sore ini terlihat mulai berkurang murung di wajah
manisnya. Semoga saja silaturahim kami tadi membawa keberkahan bagi kami
semua. Saya menyayangimu sahabatku… dan ingin melihatmu kembali
semanagt serta ceria seperti hari-hari kita dulu sekian masa silam.
Bunda Marissa Haque Fawzi: "Menasehati tentang Bumpy Road dan Real World"